Resistans, kapasitans dan induktans
Pengertian
Resistansi (Tahanan) dan penjelasannya
Resistansi (dalam hukum Ohm ditulis dengan
simbol R) adalah tahanan dari suatu bahan konduktor untuk menghambat aliran
arus listrik. Setiap logam yang digunakan sebagai penghantar mempunyai
karakteristik hambatan yang berbeda. Dalam suatu sirkuit, arus listrik dari
power suplay tidak sepenuhnya dapat digunakan secara bebas. Terkadang arus
listrik tersebut harus di hambat untuk memperoleh efek tertentu pada sirkuit.
Dalam suatu hambatan atom-atom nya akan bertumbukan dengan elektron-elektron
sehingga laju dan kecepatan elektron menjadi berkurang. Karena kuat arus biasanya
di hitung berdasarkan banyak dan kecepatan elektronnya, maka ketika jumlah
elekron dan kecepatannya berkurang otomatis berkurang pula kekuatan arus yang
mengalir dalam suatu hambatan.
Setiap
Konduktor mempunyai hambatan. Ketebalan suatu konduktor menentukan
besar-kecilnya hambatan yang dimilikinya. Konduktor yang tebal memiliki
hambatan yang kecil. Kawat yang tebal mempunyai penampang lintang yang lebih
lebar, sehingga mengandung lebih banyak elektron. Sebaliknya, konduktor yang
panjang, memiliki hambatan yang besar. Ini dikarenakan semakin panjang suatu
konduktor semakin banyak pula atom-atom yang akan menghadang gerak elektron
bebasnya sehingga arus listrik yang dialirkan akan berkurang.
Alat yang
digunakan untuk menghambat arus listrik disebut resistor. Resistor adalah
komponen didalam sirkuit listrik yang berfungsi untuk menahan arus dalam jumlah
tertentu. Satuan hambatan atau resistensi dinyatakan dengan Ohm. Angka hambatan
dalam sirkuit listrik adalah ketika tegangan membuat arus mengalir artinya
hambatan adalah hasil dari tegangan dibagi arus.
Resistan
tidak dapat menyimpan energi panas tetapi hanya bisa menghasilkan panas ,
contohnya : heater, setrika, lampu pijar. Yang menyimpan panas hanyalah ironnya
atau elemen.
Besar
tahanan pada suatu konduktor dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
- Luas penampang
- Panjang penghantar
- Jenis bahan
- Temperatur
Jadi Luas
penampang dan panjang konduktor yang sama, nilai tahanannya bisa berbeda jika
bahan dan tahanan jenisnya berbeda. Berikut adalah tabel yang menjelaskan
tentang tahanan dan satuannya.
Luas
penampang konduktor yang kecil mempunyai tahanan yang lebih besar dibanding
konduktor dengan penampang yang lebih besar. Konduktor yang lebih panjang
mempunyai tahanan yang lebih besar dibanding dengan konduktor yang pendek
meskipun luas penampangnya sama. Konduktor dengan temperatur yang tinggi
mempunyai nilai tahanan yang lebih besar dibanding dengan konduktor dengan
temperatur yang rendah. Berikut ini gambar ilustrasinya :
Rumusnya
adalah sebagai berikut :
R=V/I
R : hambatan
itu sendiri
V : tegangan
I : arus
listrik.
Untuk
pengukurannya mudah sekali anda hanya tinggal menggunakan multitester dengan
cara berikut ini:
- Arahkan selektor multitester pada posisi Ohm meter
- Atur skala (misal: x1, x10, x100, dst.) sesuai nilai resistansi yang akan diukur, awali dengan skala terbesar kemudian agar lebih spesifik, kurangi skala tersebut mendekati nilai yang di ukur
- hubungkan pointer merah dan hitam multiterser pada kedua ujung komponen resistor (boleh terbalik karena tidak mempunyai kutub)
- Lihat jarum pada multitester (Avo meter) analog, atau angka display pada multi tester digital dan akan menunjukan hasil dari pengukuran tersebut secara langsung.
Untuk
mengetahui kondisi baik atau tidaknya suatu komponen resistansi ini, maka bisa
dilihat dari nilai toleransi yang biasanya terdapat pada komponen tersebut.
Misal untuk sebuah R 100 ohm memiliki toleransi sebesar 5 %, maka nilai wajar
pada kondisi baik komponen tersebut adalah sekitar 95 s/d 105 ohm.
2. pengertian kapasitans dan
penjelasannya
Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu
kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron untuk level tegangan tertentu.
Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai
kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
• Dari rumus tersebut dapat diturunkan rumus
kapasitansi kapasitor, yaitu :
C = Q/V
Kapasitans dapat menyimpan energi medan listrik dari celah suatu
komponen kekomponen lain. Simbol (C) satuannya farad (F)
Kapasitor
adalah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan
electron-elektron selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan
akumulator dalam menyimpan muatan listrik terutama tidak terjadi perubahan
kimia pada bahan kapasitor, besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor
dinyatakan dalam farad. Pengertian lain Kapasitor adalah komponen elektronika
yang dapat menyimpan dan melepaskan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor
terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik.
Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas,
elektrolit dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik,
maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda)
metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung
metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup
negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif,
karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini
“tersimpan” selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Kemampuan untuk
menyimpan muatan listrik pada kapasitor disebuat dengan kapasitansi atau
kapasitas.
Kapasitansi
didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung
muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018
elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan
memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat
muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis : Q = CV Dimana
:
Q = muatan
elektron dalam C (coulombs) C = nilai kapasitansi dalam F (farads) V = besar
tegangan dalam V (volt) Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung
dengan mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal
(tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat
ditulis sebagai berikut :
C = (8.85 x
10-12) (k A/t)
Jenis-jenis kapasitor sesuai bahan dan konstruksinya. Kapasitor seperti juga resistor
nilai kapasitansinya ada yang dibuat tetap dan ada yang variabel. Kapasitor
dielektrikum udara, kapasitansinya berubah dari nilai maksimum ke minimum.
Kapasitor variabel sering kita jumpai pada rangkaian pesawat penerima radio
dibagian penala dan osilator. Agar perubahan kapasitansi di dua bagian tersebut
serempak maka digunakan kapasitor variabel ganda. Kapasitor variabel ganda
adalah dua buah kapasitor variabel dengan satu pemutar. Berdasarkan
dielektrikumnya kapasitor dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: kapasitor
keramik kapasitor film kapasitor elektrolit kapasitor tantalum kapasitor kertas
Perdasarkan polaritas kutup pada elektroda kapsitor dapat dibedakan dalam 2
jenis yaitu : Kapasitor Non-Polar, kapasitor yang tidak memiliki polaritas pada
kedua elektroda dan tidak perlu dibedakan kaki elektrodanya dalam pesangannya
pada rangkaian elektronika. Kapasitor Bi-Polar, yaitu kapasitor yang memiliki
polaritas positif dan negatif pada elektrodanya, sehingga perlu diperhatikan
pesangannya pada rangkaian elektronika dan tidak boleh terbalik. Kapasitor
elektrolit dan kapasitor tantalum adalah kapasitor yang mempunyai kutub atau
polar, sering disebut juga dengan nama kapasitor polar. Kapasitor film terdiri
dari beberapa jenis yaitu polyester film, poly propylene film atau polysterene
film.
3.pengertian induktans dan penjelasannya
Induktansi
Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktasi sendiri. Sedang apabila potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian lain disebut sebagai induktansi bersama. Satuan induktansi dalam satuan internasional adalah weber per ampere atau dikenal pula sebagai henry (H).
Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik (dijelaskan oleh hukum ampere). Supaya suatu rangkaian elektronika mempunyai nilai induktansi, sebuah komponen bernama induktor digunakan di dalam rangkaian tersebut, induktor umumnya berupa kumparan kabel/tembaga untuk memusatkan medan magnet dan memanfaatkan GGL yang dihasilkannya.
Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktasi sendiri. Sedang apabila potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian lain disebut sebagai induktansi bersama. Satuan induktansi dalam satuan internasional adalah weber per ampere atau dikenal pula sebagai henry (H).
Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik (dijelaskan oleh hukum ampere). Supaya suatu rangkaian elektronika mempunyai nilai induktansi, sebuah komponen bernama induktor digunakan di dalam rangkaian tersebut, induktor umumnya berupa kumparan kabel/tembaga untuk memusatkan medan magnet dan memanfaatkan GGL yang dihasilkannya.
Induktans dapat menghasilkan atau menyimpan energi medan magnet. Satuan amper/lilitan (weber)
induktansi Diri (Self Inductance)
emf yang terjadi akan menghasilkan arus
yang menentang setiap perubahan fluks magnetik, penentangan ini disebut dengan induktansi
diri (self inductance). pernyataan ini sesuai hukum lenz
yang dikemukan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804 - 1865). besaran satuan nilai
induktansi dinyatakan dalam Henry (H), sebuah induktor dikatakan
memiliki nilai induktansi sebesar 1H, jika perubahan arus yang
mengaliri pada rating 1ampere/detik menginduksi tegangan 1volt didalamnya.
definisi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
L = 1.H = 1.V.(di/dt) =
1.V/(ampere/detik)
Semakin banyak jumlah lilitan dalam sebuah induktur maka semakin bertambah juga nilai induktansinya. Besarnya nilai induktansi terhadap jumlah lilitan pada suatu induktor dapat dihitung dengan rumus:
L = N x (φ/I)
dimana: L
= induktansi (H), N = jumlah lilitan, φ = fluks magnetik
(Weber/Wb), I = arus (A)
koefesiensi
induktansi diri sebuah induktor tergantung dari konstruksinya seperti : jumlah
lilitan kawat, jarak antar lilitan, besar inti pusat dll. Oleh karena untuk
mendapatkan induktor dengan koefesiensi induksi diri yang sangat tinggi bisa
dengan menggunakan kore ( pusat inti) dengan permeabilitas tinggi, dan merubah
jumlah lilitan, sehingga fluks magnetik yang dihasilkan dapat dihitung dengan
rumus :
φ = B x A
dimana : φ = besar magnetik fluks (Wb), B = kerapatan fluks, A = luas area (m²)
jika sebuah induktor dapat diketahui jumlah lilitan (N), maka induksi magnetik/kerapatan fluks(B) dalam inti, dapat diketahui dengan rumus :
B = µo x H = N x (I/l)
untuk menggabungkan pernyataan rumus persamaan diatas maka untuk mengetahui nilai induktansi sebuah induktor dapat diketahui dengan uraian rumus:
L = N x (φ /I) = N x ((BxA)/I)
= (µo x N x I)/(l x I)
dan pengelompokan dari peryataan diatas, maka nilai induktansi dari sebuah induktor dapat sederhanakan dengan rumus persamaan akhir sebagai berikut:
Dimana: L = induktasni (H), N = jumlah lilitan, µo = panjang Permeabilitas (4.π.10-7), l = panjang koil dalam meter
Kesimpulan dari penjelasan induktansi :
Induktansi dari koil / kumparan disebabkan dari fluks magnet yang terjadi
disekitarnya. semakin kuat fluks magnet maka induktansi yang dihasilkan akan
semakin besar. untuk menaikan nilai induktansi dari koil/kumparan kita dapat
menambah jumlah lilitan kawat, atau menambah ukuran diameter atau panjang dari
kore inti (inti pusat) dan juga dengan cara mengganti kore inti (inti pusat)
dengan bahan feromagnetik seperti dengan bahan besi lunak atau jenis ferit.
bahan feromagnetik seperti besi lunak, kobalt atau jenis nikel dll. yang digunakan sebagai kore inti (inti pusat) akan meanikan nilai induktansi dari koil. Ini karena dengan garis-garis gaya yang dihasilkan dari bahan konsentrat feromagnetik lebih kuat.
Sebagai contoh; jika bahan inti permeabilitas 1000 kali lebih besar dari ruang bebas seperti besi lunak atau baja, maka induktansi yang dihasilkan akan 1000 kali lebih besar. Sehingga dapat dikatakan induktansi dari koil akan meningkat secara proposional sebagai permeabilitas dari bahan inti.
bahan feromagnetik seperti besi lunak, kobalt atau jenis nikel dll. yang digunakan sebagai kore inti (inti pusat) akan meanikan nilai induktansi dari koil. Ini karena dengan garis-garis gaya yang dihasilkan dari bahan konsentrat feromagnetik lebih kuat.
Sebagai contoh; jika bahan inti permeabilitas 1000 kali lebih besar dari ruang bebas seperti besi lunak atau baja, maka induktansi yang dihasilkan akan 1000 kali lebih besar. Sehingga dapat dikatakan induktansi dari koil akan meningkat secara proposional sebagai permeabilitas dari bahan inti.
makasih min
ReplyDeletepenyedot timah