Pramenopause & menopause



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Menopause merupakan suatu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan di alami perempuan selain pubertas,kehamilan, dan menstruasi. Seseorang perempuan dikatakan sudah memasuki masa menapous apabila ia tidak mengalami priode menstruasi selama 12 bulan tanpa di sertai penyebab biologis atau fisikologis yang di sengaja. Masa transisi atau masa peralihan pada seorang perempuan meliuti fase perimenopause. Di mana ketika ovarium tidak lagi memproduksi indung telur sehingga produksi hormone estrogen dan prigesteron akan mengalami penurunan yang di tandai dengan siklus menstruasi bulanan mulai terganggu (fase pramenopause )dan akhirnya menghilang sama sekali ( fase menopause) hingga fase setelah menopause (paskamenopause), dan ketika tubuh sudah beradaptasi terhadap perubahan hormon dan perubahan lainnya. Pramenopause biasanya dimulai pada usia 40 tahun, berlanjut masa menopause di usia 45-50 tahun, dan paskamenapouse di usia 50-55 tahun.
B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang pramenopause dan menopause.
2.      Tujuan khusus
Agar mahasiswa dapat mengerti :
1.      Pengertian pramenopause dan menopause
2.      Batasan usia pramenapouse dan menopause
3.      Tanda dan gejala pramenapouse dan menopause
4.      Fisiologi Perimenopause
5.      Masa Klimakterium, Proses, dan Jenis Menopause
6.      Pra-Menopause dan Kadar Hormon
7.   Perubahan Fisik, Gangguan-Gangguan serta Faktor-Faktor yang Memengaruhi Menopause
8.      Perubahan Psikologis Menopause
9.      Penatalaksanaan pada wanita menopause

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PRAMENOPAUSE DAN MENOPAUSE
Perimenopause adalah suatu fase dalam proses menua (aging), yaitu ketika seorang wanita mengalami peralihan dari masa reproduktif ke masa non-reproduktif.
Perimenopause merupakan masa sebelum menopause dimana mulai terjadi perubahan endokrin, biologis, dan gejala klinik sebagai awal permulaan dari menopause dan mencakup juga satu tahun atau dua belas bulan pertama setelah terjadinya menopause.
 Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Yudomustopo, 1999).
Menopause alamiah (Natural menopause) adalah berhentinya menstruasi secara permanen sebagai akibat hilangnya aktivitasnya (martaadisoebrata, dkk, 2005).
Menopause adalah titik dimana menstruasi berhenti yang dihadapi wanita ketika tahun-tahun kesuburannya menurun, sehingga bagi sebagian wanita menimbulkan rasa cemas dan risau sementara bagi yang lain menimbulkan percaya diri (Bobak, dkk, 2004).

B.     BATASAN USIA PRAMENAPOUSE DAN MENOPAUSE
1.      BATASAN USIA PRAMENAPOUSE
Seorang wanita memasuki masa perimenopuse pada usia 40 tahun dan akan mengalami menopause pada usia 51,5 tahun. Namun demikian, umur terjadinya menopause pada masing-masing individu tidaklah sama. Perbedaan usia memasuki masa menopause dipengaruhi oleh beberapa factor. Wanita nullipara, penderita diabetes mellitus, perokok berat, status gizi yang buruk, gaya hidup vegetarian, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan hidup pada ketinggian >4000 m akan lebih awal mengalami menopause. Selain itu, wanita kembar dizigot atau dengan siklus haid yang cenderung memendek akan memasuki usia menopause lebih awal. Adapun wanita multipara, banyak mengkonsumsi daging, atau minum alkohol akan memasuki menopause lebih lambat.

2.      BATASAN USIA MENOPAUSE
Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada masa remaja dengan munculnya menarche. Umumnya wanita barat pertama kali mendapat menstruasi pada usia 12 tahun, sedangkan haid berakhir pada usia 45 sampai 53 tahun. Relatif sedikit wanita mulai menopause pada usia 40 tahun dan beberapa mengalaminya setelah berusia 40 tahun. Masa ini dikenal dengan masa pra-menopause (Depkes RI, 2005).
Menurut Boyke di Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses perubahan kearah menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa pra-menopause (Northrup, 2006).

C.    TANDA DAN GEJALA PRAMENAPOUSE DAN MENOPAUSE
1.      TANDA DAN GEJALA PRAMENAPOUSE
Sekumpulan gejala dan tanda yang terjadi pada masa perimenopause. Kurang lebih 70% wanita usia peri dan pascamenopause mengalami keluhan vasomotor, keluhan psikis, depresi, dan keluhan lainnya dengan derajat berat-ringan yang berbeda-beda pada setiap individu. Keluhan tersebut akan mencapai puncaknya pada saat menjelang dan setelah menopause kemuadian berangsur-angsur berkurang seiring dengan bartambahnya usia dan tecapainya keseimbangan hormon pada masa senium.
·         Keluhan dan Gejala Vasomotor
Keluhan vasomotor yang dijumpai berupa perasaan atau semburan panas (hot flushes) yang muncul secara tiba-tiba dan kemudian disertai keringat yang banyak. Keluhan ini muncul di malam hari dan menjelang pagi kemudian perlahan-lahan akan dirasakan juga pada siang hari. Semburan panas ini mula-mula dirasakan di daerah kepala, leher, dan dada. Kulit di area tersebut terlihat kemerahan, namun suhu badan tetap normal meskipun pasien merasakan panas. Segera setelah panas, area yang dirasakan panas tersebut mengeluarkan keringat (night sweats)dalam jumlah yang banyak pada bagian tubuh terutama seluruh kepala, leher, dada bagian atas, dan punggung. Selain itu, dapat juga diikuti dengan adanya sakit kepala, vertigo, perasaan kurang nyaman, dan palpitas.
Hot flushes pada wanita dalam masa transisi menopause ratarata mulai dirasakan 2 tahun sebelum Final Menstrual Period (FMP) dan 85 persen wanita akan terus mengalaminya setidaknya selama 1 tahun. Diantara wanita tersebut, 25 sampai 50 persen mengalami hot flusehes selama 5 tahun, bahkan ada yang lebih dari 15 tahun. Durasi tiap episode serangan hot flushes bervariasi, hingga mencapai 10 menit lamanya, dengan rata-rata durasi serangan 4 menit. Frekuensi hot flushes setiap harinya bervariasi antar individu, dimulai 1-2 kali per jam hingga 1-2 kali perminggu. Pada kondisi yang berat, frekuensinya dapat mencapai 20 kali sehari. Selain itu, jika muncul pada malam hari hal ini dapat mengganggu kualitas tidur sehingga cenderung menjadi cepat lelah dan mudah tersinggung. Hot flushes dapat diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi, makanan dan minuman yang panas. Hal ini juga dapat terjadi karena reaksi alergi pada kasus hipertiroid, akibat obat-obatan tertentu seperti insulin, niacin, nifedipin, nitrogliserin, kalsitonin, dan antiestrogen.
Mekanisme pasti patogenesis keluhan vasomotor belum diketahui tapi data yang berhubungan dengan fisiologi dan behavior menunjukkan bahwa keluhan vasomotor dihasilkan karena adanya defek fungsi pada pusat termoregulasi di hipotalamus. Pada area preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang merupakan termoregulator yang mengatur pengeluaran keringat dan vasodilatasi yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas tubuh.
Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya menopause alami atau pasca ooforektomi, maka diperkirakan mekanisme yang mendasarinya adalah bersifat endokrinologi dan berhubungan dengan berkurangnya jumlah estrogen di ovarium maupun
meningkatnya sekresi gonadrotropin oleh pituitari. Selain itu, besar kemungkinan keluhan ini timbul karena interaksi antara hormone estrogen dan progesteron yang fluktuatif pada masa perimenopause. Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar estrogen tinggi, rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan vasomotor muncul sebagai akibat reaksi withdrawl estrogen.
Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap munculnya hot flushes, namun masih terdapat faktor lain yang diperkirakan terlibat dalam patofisiologi hot flushes. Perubahan kadar neurotransmiter akan mempersempit zona termoregulasi di hipotalamus dan menurunkan pengeluaran keringat, bahkan perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun dapat memicu mekanisme pelepasan panas. Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang dapat mempersempit titik pengaturan (setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme pengeluaran panas tubuh yang berhubungan dengan hot flushes. Sebagaimana diketahui, estrogen mengatur reseptor adrenergic pada banyak jaringan. Pada saat menopause, terjadi penurunan kadar estrogen dan resptor α2 adrenergik di hipotalamus. Penurunan reseptor α2 adrenergik presinaps akan memicu peningkatan norepinefrin dan yang selanjutnya akan menyebabkan gejala vasomotor. Selain itu, penurunan α2 adrenergik reseptor presinaps juga akan memicu peningkatan serotonin yang mengakibatkan mekanisme pengeluaran panas yang dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski sangat kecil.
·         Keluhan dan Gejala Urogenital
Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah merupakan organ yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Reseptor estrogen dan progesteron teridentifikasi di vulva, vagina, kandung kemih, uretra, otot dasar pelvis serta fasia endopelvis. Struktur tersebut memilki sebuah persamaan kemampuan untuk mereaksi perubahan hormonal sebagaimana pada kondisi menopause dan nifas.
Kekurangan estrogen akan mengakibatkan atrofi dan penipisan  pada sel mukosa uretra dan kandung kemih  serta berkuranganya sirkulasi darah ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Hal ini akan menimbulkan uretritis, sistitis, atau kolpitis, sering berkemih dan inkontinensia urin serta adanya infeksi saluran kemih. Terdapat juga gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih hebat, atau urin yang tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan atrofi mukosa uretra.
Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses involusi, berkerut, sel epitelnya menipis sehingga mudah cedera. Kelenjar endoservikal mengalami atrofi sehingga lendir serviks yang diproduksi berkurang jumlahnya. Tanpa efek lokal estrogen vagina akan kehilangan kolagen, jaringan lemak dan kemampuan untuk menahan cairan.dinding vagina menyusut, rugae menjadi mendatar, dan akan nampak merah muda pucat. Permukaan epitel vagina menipis hingga beberapa lapis sel sehingga mengurangi rasio sel permukaan dan sel basal. Pada akhirnya, vagina menjadi lebih rapuh, kering dan mudah berndarah dengan trauma minimal. Pembuluh darah di vagina menyempit sehingga seiring berjalannya waktu vagina akan terus menegang dan kehilangan fleksibilitasnya. Saat seorang wanita memasuki usia perimenopause, pH vagina akan meningkat karena menurunnya estrogen, dan akan terus meningkat pada masa post menopause sehingga mangakibatkan mudahnya terjadi infeksi oleh bakteri trikomonas, kandida albikan, stafilo dan streptokokus, serta bakteri coli bahkan gonokokus. Adanya hormon estrogen akan membuat pH vagina menjadi asam sehingga memicu sintesis Nitrit oksid (NO) yang memiliki sifat antibakteri dan hanya dapat diproduksi bilamana pH vagina kurang dari. Selain bersifat bakterisid, NO di vagina juga bersifat radikal bebas bagi sel-sel tumor dan kanker. Akibat perubahan ini, maka terjadi kekeringan vagina, iritasi, dispareuni, dan rekurensi infeksi saluran kemih.
·         Keluhan dan Gejala Psikologis
Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif, fungsi sensorik, dan kerja susunan saraf pusat dipengaruhi oleh hormon steroid seks. Apabila timbul perubahan pada hormon ini maka akan timbul keluhan psikis dan perubahan fungsi kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke otak juga mempersulit konsentrasi sehingga mudah lupa. Pada akhirnya, akibat berkurangnya hormon steroid seks ini, pada wanita perimenopause dapat terjadi keluhan seperti mudah tersinggung, cepat marah, perasaan tertekan. Pada dasarnya kejadian depresi pada pria dan wanita memiliki angka perbandingan yang sama, akan tetapi dengan terapi pemberian estrogen keluhan depresi dapat ditekan. Oleh karena itu, estrogen dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya aktivitas serotonin di otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim monoamin oksidase (MAO), suatu enzim yang menonaktifkan serotonin dan noradrenalin. Berkurangnya jumlah estrogen akan berdampak pada berkurangnya jumlah MAO dalam plasma. Pemberian serotonin-antagonis dapat mengurangi keluhan depresi pada wanita pascamenopause.
Masa transisi menopause memiliki permasalahan sosiokultural yang kompleks sebagaimana perunahan hormonal yang terjadi. Faktor psikososial dapat mempengruhi gejala perubahan mood dan kognitif, bahkan sejak memasuki masa transisi menopause, wanita telah menghadapi berbagai tekanan seperti halnya penyakit yang dihadapi, merawat orang tua, perceraian, perubahan karir dan pensiun. Budaya barat yang menitik beratkan pada kecantikan dan kemudaan menjadi stressor bagi wanita yang tengah menjadi tua untuk merasa kehilangan status, fungsi, dan kendali diri.


2.       TANDA DAN GEJALA MENOPAUSE
Tanda gejala menopause meliputi:
a.       Gejala fisik
Gejala fisik yang pada umumnya terjadi adalah hot fluses (rasa panas) pada wajah, leher, dan dada yang berlangsung selama beberapa menit, berkeringat dimalam hari, berdebar-debar (detak jantung meningkat/mengencang), susah tidur, sakit kepala, keinginan buang air kecil lebih sering.
b.      Gejala psikologis
Gejala psikologis ditandai dengan sikap yang mudah tersinggung, depresi, cemas, suasana hati (mood) yang tidak menentu, sering lupa, dan susah berkonsentrasi.
c.       Gejala seksual
Gejala seksual ditandai dengan kekeringan vagina, mengakibatkan rasa tidak nyaman selama berhubungan seksual dan menurunnya libido (Spencer, 2006).

D.    FISIOLOGI PERIMENOPAUSE
Proses menjadi tua pada dasarnya telah dimulai ketika sorang wanita memasuki usia 40 tahun. Pada waktu lahir, seorang wanita memiliki jumlah folikel sebanyak ± 750.000 buah dan jumlah ini akan terus berkurang seiring berjalannya usia hingga akhirnya tinggal beberapa ribu buah saja ketika mengalami menopause. Semakin bertambah usia, khususnya ketika memasuki masa perimenopause, folikel-folikel itu akan mengalami peningkatan resistensi terhadap rangsangan gonadotropin. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dalam siklus ovarium berhenti secara perlahan-lahan. Pada wanita diatas 40 tahun, 25% diantaranya mengalami siklus haid yang anovulatoar.
Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini mengakibatkan penurunan peroduksi estrogen dan peningkatan kadar hormone gonadotropin. Tingginya kadar gonadotropin ini disebabkan rendahnya estrogen sehingga tidak ada umpan balik negatif dalam poros hipotalamus dan hipofisis.
Walaupun secara endrokinologi terjadi perubahan hormonal, namun tidak ada kriteria khusus pengukuran kadar hormon untuk menentukan fase awal atau akhir dari masa transisi menopause.



E.     MASA KLIMAKTERIUM, PROSES, DAN JENIS MENOPAUSE
Ø  Masa Klimakterium
Menurut siklus kehidupan wanita normal, setiap kehidupan seorang wanita mengalami fase-fase perkembangan tertentu. Dalam hal ini, fase-fase yang berkaitan dengan berbagai fungsi organ reproduksi wanita. Fase tersebut dibagi tiga tahap, yaitu masa sebelum, sedang berlangsung dan setelah menstruasi (Kasdu, 2002).
Ø  Proses Menopause
Menurut Aina (2009) yang mengutip pendapat Fachrudin, secara endokrinologis, wanita mengalami proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 22-24 minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi wanita tinggal 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000 saat mendapat haid pertamanya pada masa pubertas.
Semakin sedikit folikel berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium, yaitu hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak teratur hingga akhirnya endometrium akan kehilangan rangsangan hormon estrogen. Lambat laun haid pun berhenti, disebut proses menopause (Kasdu, 2002).
Ø  Jenis–Jenis Menopause
Adapun jenis-jenis menopause yaitu (Kasdu, 2002):
1.      Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45 dan 55, pada diri wanita yang paling tidak punya satu indung telur. Durasinya dalam kebanyakan kasus, adalah lima hingga sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu kadang kadang waktu tiga belas tahun. Selama itu menstruasi mungkin berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali dan durasi intensitas dan alirannya mungkin bertambah atau berkurang.
2.      Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding yang pertama, pada wanita di usia 30 tahun atau awal 40 tahun yang mempunyai setidak tidaknya satu indung telur. Durasinya biasanya lebih pendek dari pada menopause alamiah, satu hingga tiga tahun.
3.      Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak, karena terdorong oleh operasi pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi termasuk pengangkatan indung telur.

F.     PRA-MENOPAUSE DAN KADAR HORMON
Pandangan konvensional mengenai apa yang terjadi pada masa pra menopause adalah bahwa kadar estrogen turun drastis. Ini merupakan penyederhanaan yang terlalu berlebihan dan terlalu sering mengakibatkan timbulnya gejala-gejala yang tidak terlalu nyaman menjadi semakin parah. Dalam menopause alamiah, perubahan hormonal pertama yang terjadi adalah turunnya kadar progesteron secara gradual, sementara kadar estrogen tetap berada dalam kisaran normal atau bahkan meningkat. Karena progesteron dan estrogen saling mengimbangi satu sama lain selama siklus menstruasi, jika yang satu turun maka yang lain naik, penurunan drastis pada kadar progesteron memungkinkan kadar estrogen naik tanpa terhalang yaitu tanpa penyeimbang yang biasanya ada. Akibatnya adalah terjadi ekses estrogen, suatu kondisi yang sering dinamakan dominasi estrogen yang justru merupakan kebalikan dari pandangan konvensional (Northrup, 2006).

G.    PERUBAHAN FISIK, GANGGUAN-GANGGUAN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MENOPAUSE
Ø  Perubahan Fisik pada Menopause
Menurut Aina (2009), yang mengutip pendapat Hurlock, ketika seorang memasuki menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba–tiba disekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan dada bagian atas. Kadang–kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar. Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
1.      Menurunnya gairah seks (Hilangnya hasrat seksual)
Wanita mengalami penurunan dalam kadar testosteron mereka selama pra menopause ini dapat mengakibatkan hilangnya hasrat seksual. Tapi bagi sebagian wanita masalah libido terkait dengan kurangnya hormon estrogen atau menipisnya jaringan vagina (Northrup, 2006).
2.      Menstruasi yang tidak teratur atau abnormal (yang paling sering, perdarahan vagina yang berlebihan)
Ketika seorang wanita mengalami perubahan hormon di masa pra menopause, segala macam perdarahan mungkin terjadi, mulai dari menstruasi yang menjadi sangat ringan dan sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan atau lebih. Dan sebagian wanita mempunyai pola perdarahan yang begitu tidak menentu sehingga tampak seperti bukan menstruasi sama sekali (MacKenzei , 2002).
3.      Pembengkakan (retensi air)
Ketidak nyamanan menahan kencing (lepasnya air kencing saat batuk, bersin, tertawa dsb) terjadi dikarenakan menipisnya lapisan saluran kencing luar yang sangat bergantung pada estrogen. Gejala gejala kencing sering dapat diatasi dengan penggunaan secolek kecil krim estrogen di lokasi tersebut. Latihan kegel juga dapat meningkatkan aliran darah ke area itu dan membanu mengatasi ketidak mampuan menahan kencing (Northrup, 2006).
4.      Mengembang dan melembutnya payudara
Banyak wanita mengalami payudaranya melembut tepat sebelum menstruasi mereka datang. Tapi selama pra menopause, payudara akan terus lembut atau membesar jauh lebih sering. Ini jauh lebih umum jika seorang wanita mengalami dominasi estrogen.
5.      Perubahan suasana hati (yang paling sering rasa kesal dan depresi)
Banyak wanita merasakan bahwa perubahan suasana hati mereka lebih parah dibanding sebelumnya menjelang haid mereka datang, meningkatnya suasana hati yang negatif dan gelap, bersifat abnormal.
6.      Berkeringat di Malam hari
Berkeringat di malam hari merupakan suatu kesatuan dengan gelora panas. Terlebih pada pukul 3 dan 4 pagi merupakan saat yang paling umum dimana wanita pra menopause mandi keringat. Sehingga perlu mengganti pakaian dimalam hari. Berkeringat malam hari tidak saja mengganggu tidur melainkan juga teman atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak.
Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri (Kasdu, 2002).
7.      Jantung berdebar-debar
Seperti gelora panas, debaran jantung dapat berkisar dari ringan sampai berat. Gejala ini jarang yang berbahaya, meskipun kadang-kadang bisa terasa sangat menakutkan. Itu merupakan akibat ketidak seimbangan antara sistem syaraf simpatik dan para simpatik dan sering terkait dengan ketakutan dan kecemasan
8.      Sakit kepala, terutama sebelum menstruasi
Kadar hormon yang tidak seimbang ikut menambah apa yang dinamakan migrain menstruasi selama masa pra menopause dan menopause. Jenis sakit kepala ini biasanya datang tepat sebelum menstruasi anda, ketika kadar estrogen maupun progesteron dapat turun secara drastis. Ratusan wanita dapat sembuh dari migrain menstruasi dan migrain menopause mereka sepenuhnya dengan menggunakan krim progesteron (Yatim, 2001).
9.      Gelora Panas
Gelora panas adalah gejala pra menopause yang paling umum dalam budaya kita terjadi sekitar 70 sampai 85% dari semua wanita pra menopause. Gelora panas itu bisa sangat ringan atau sangat berat sehingga mengakibatkan kurang tidur dan depresi. Itu dimulai dengan sensasi hangat yang muncul tiba-tiba dan selintas yang kemudian dapat menjadi sangat panas di wajah, kulit kepala, dan area dada, kadang kadang bisa disertai dengan kulit kemerahan dan keringat. Kadang-kadang itu disertai frekuensi jantung yang meningkat, diikuti dengan rasa kedinginan. Pada kebanyakan wanita, gelora panas sering dimulai tepat sebelum atau selama periode menstruasi di masa pra menopause (Hurlock, 1997).

Ø  Faktor-Faktor yang Memengaruhi Menopause
Menurut Kasdu (2002) beberapa faktor yang mempengaruhi menopause yaitu:
1.      Usia saat haid pertama sekali
Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause artinya wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopase lebih dini, sedangkan wanita yang haid lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya mencapai 50 tahun.
2.      Faktor Psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja.


3.      Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga memperlambat penuaan tubuh.
4.      Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.
5.      Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.
6.      Merokok
Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok.
7.       Sosial Ekonomi
Menopause dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan suami.
Ø  Gangguan-Gangguan yang Terjadi Selama Menopause
Menurut Mustopo (2005) gangguan-gangguan yang sering terjadi selama menopause adalah:
1.      Osteoporosis
2.      Penyakit jantung koroner
Kolesterol baik yang tinggi pada wanita muda dipengaruhi oleh estrogen.Setelah menopause risiko terkena penyakit jantung koroner dua kali lipat pada wanita karena lemak golongan atherogenik (yang memproduksi lemak pada arteri) meningkat pada sekitar usia 60 tahun.
3.      Kanker
Pada masa menopause terjadi proses degenerasi sehingga menyebabkan perubahan-perubahan tidak saja pada organ reproduksi juga bagian tubuh lainnya, salah satu proses degenerasi tersebut adalah penyakit kanker. Kondisi ini adalah suatu keadaan pertumbuhan jaringan yang abnormal.
4.      Demensia tipe alzhaimer
Selama periode pra menopause dan pasca menopause terjadi penurunan kadar hormon seks steroid. Penurunan ini menyebabkan beberapa perubahan neuro endokrin sistem susunan saraf pusat, maupun kondisi biokimiawi otak. Padahal sistem susunan saraf pusat merupakan target organ yang penting bagi hormon seks steroid seperti estrogen. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel neuron (kesatuan saraf) pada hampir seluruh bagian otak, terutama didaerah yang berkaitan dengan fungsi ingatan.
5.      Berat badan meningkat
Usia menopause terjadi peningkatan berat badan akibat turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak. Selain pada usia ini biasanya aktivitas tubuh berkurang, selain itu daya elastis kulit juga menurun, yang memudahkan lemak disimpan dalam tubuh.
6.      Perubahan kulit
Gangguan diatas dasarnya terjadi karena hormon estrogen yang mulai tertekan. Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.

H.    PERUBAHAN PSIKOLOGIS MENOPAUSE
Seperti hal nya gangguan gelombang hormon dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan cara-cara baru membuat masa pubertas dan remaja menjadi masa yang sulit. Beberapa wanita menemukan perubahan gelombang hormon dan kebutuhan untuk menyesuaikan dengan perubahan membuat menopause menjadi sangat sulit (Jones, 2005).
Perubahan ini seperti kehilangan seseuatu yang dibayangkan tentang kehidupan dan harus menyesuaikan gejala menopause yang asing baginya. Ketidak teraturan haid secara bawah sadar meningkatkan kecemasan wanita bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Dia menjadi tua, merasa ditolak dan mencapai akhir dari kehidupan. Emosi yang negatif ini tentu saja hanya berlangsung sementara (Mustopo 2005)
Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui tiga tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap dimana perasaan cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlangsung berbulan-bulan, ketika gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainya muncul. Yang ketiga merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya tinggal sebagai mimpi buruk (Yatim, 2001).
Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari (Glasier, 2006) seperti :
1.      Depresi
Ini adalah kondisi gejala yang pasti dan sering dialami pada ibu menopause yang dikarenakan perubahan – perubahan yang ada pada diri setiap seorang wanita karena perubahan fisik dan psikologi pada tubuh (Nirmala, 2003).
2.      Kecemasan
Gangguan kecemasan dianggap sebagai bagian dari satu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam atau membahayakan dirinya. Namun kecemasan ini umumnya bersifat relatif artinya ada orang – orang yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas meskipun orang disekitarnya memberikan dukungan. Kecemasan yang timbul pada wanita menopause sering di hubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatikan. Meski cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik. Apalagi menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua yang berarti kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu vilatitas dan fungsi organ- organ tubunya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaannya sebagai seorang wanita. Keadaan ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun dengan lingkungan sosialnya.
3.      Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat di bandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut di persiapkan sebagai proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
4.      Stres
Perubahan yang terjadi pada massa menopause dengan menyebabkan stres pada wanita serta merupakan reaksi tubuh terhadap kecemasan yang di hadapinya pada saat situasi yang menakutkan atau tidak nyaman. Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas termasuk wanita menopause. Ketegangan perasaan atau stres selalu berdebar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyusup ke dalam tidur. Kalau tidak di tanggulangi stres dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja, dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Namun demikian stres tidak hanya memberikan dampak negatif tetapi juga dampak positif tergantung bagaimana individu memandang dan mengendalikannya karena stres sangat individual sifatnya (Anwar, 2003).
I.       PENATALAKSANAAN PADA WANITA MENOPAUSE
Penatalaksanaan pada wanita menopause menurut Indarti (2004) adalah :
a.       Gizi seimbang
Mengkonsumsi gizi seimbang antara lain dengan cara makanmakanan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan dapat bermanfaat serta dapat diolah oleh tubuh yaitu antara lain:
1)      Protein
Berfungsi sebagai pertumbuhan, perbaikan sel-sel tubuh dan produksi enzim senta hormon, Karena ada 2 protein yaitu protein nabati yang berasal dari kacang-kacangan, serta protein hewani yang berasal dari hewan, contohnya daging, keju.
2)      Kalsium
Berfungsi membantu penyerapan kalsium, menguatkan tulang dalam tubuh. Contohnya susu, keju.
3)      Vitamin
Berfungsi sebagai pertahanan atau sebagai daya tahan dan sebagian vitamin bagus untuk menghaluskan kulit. Contohnya sayur-sayuran.
4)      Zat besi
Berfungsi untuk memproduksi sel darah merah. Contoh susu.
b.      Pengendalian emosi
Untuk mengendalikan emosi pada wanita menopause dapat dilakukan dengan cara olabraga rileks seperti berjalan kaki atau naik sepeda. Ada 4 tips yang dapàt dilakukan untuk olahraga rileks:
1)      Tarik nafas dalam-dalam dan keluarkan secara perlahan-lahan.
2)      Berkeringat adalah hal yang baik, dengan berkeringat berarti tubuh sedang bekerja keras, otot danjantung dapat menerima rangsangan secukupnya.
3)      Jika belum merasa lelah dan tubuh menjadi lebih enak hendaknya olahraga tersebut dilakukan tiap hari.
4)      Lakukan pemanasan sebelum olahraga, dan lakukan pendinginan setelah selesai olahraga (Indarti, 2004).


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Menopause merupakan salah satu hal penting di kehidupan wanita, akibat penurunan fungsi folikel di ovarium atau sering disebut siklus menstruasi, sehingga diperlukan suatu penanganan agar seorang wanita mampu mengatasi fase ini. Menopouse terdiri dari tiga fase, yaitu pra menopouse, menopause dan pasca menopause. Gejala menopause diantaranya ketidakstabilan vaskular, menstruasi yang tidak teratur, gejala berkemih, perubahan perilaku seksual, gejala emosional dan kognitif, gejala psikologis, perubahan fisik dan komplikasi lainya. Menopause tidak dapat dicegah dan diobati, tetapi dapat dilakukan perawatan untuk mengurangi gejala yang dirasakan. Pramenopause biasanya dimulai pada usia 40 tahun, berlanjut masa menopause di usia 45-50 tahun, dan paskamenapouse di usia 50-55 tahun.

B.     SARAN
Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan tugas kami atas kritik dan sarannya kami sampaikan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Ali Baziad, 2003. Menopause Dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Brown.2007.Menopause.jakarta: Erlangga
Hurlock, Elizabeth, B. 2002. Pikologis Perkembangan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Manuaba , IBG. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Arcan. Jakarta
http://www.sogc.org/media/pdf/advisories/Menopause-journalists guide.pdf. (Diakses tanggal  15 April 2015)
http://www.mayoclinic.com/health/ menopause/DS00119/DSECTION. Diakses tanggal 15 april 2015
http://www.bbc.co.uk/health/physical_health/conditions/menopause.shtml. Diakses tanggal 15 april 2015

Comments

Popular posts from this blog

Pengusaha Yang sukses Di Bidang Peternakan ( my homework )

Resistans, kapasitans dan induktans

Penjelasan dan contoh penggunaan Tentang Efek-efek pada Layer Style di Photoshop